Tanggung Jawab atas Pilihan Kita

Memoar oleh Dwi Sulistyorini (Ilmu Ekonomi 2018)



“Setiap nafas baru yang Allah izinkan untuk kita ambil bukan hanya berkah, tapi tanggung jawab  dan amanah” - anonim 

Menjadi bagian dari Rumah Kepemimpinan menjadi salah satu niat ku yang sudah  tertanam sejak awal masuk kuliah. Gagal terpilih pada pendaftaran di tahap seleksi terakhir, membuat ku sempat merefleksikan dan mengevaluasi diri alasan aku belum diizinkan menjadi  bagian dari RK. Salah satu pertanyaan yang ternyata muncul dari refleksi tersebut adalah  “Sebenernya, apa kamu udah bener-bener siap rin jadi peserta RK?” dan ternyata pertanyaan  yang ku ajukan pada diri ku sendiri, itu tidak bisa ku jawab. Dan sebenernya ku juga tidak tau  definisi “siap” menjadi bagian dari RK itu seperti apa.  

Saat ku akhirnya diizinkan berada di dalam nya dan menyelami RK secara langsung,  ku menyadari bahwa kata “siap” menjadi bagian terpenting. Dan yang ku sadari, saat Allah swt  menempatkan aku di RK pada kesempatan kedua, berarti Allah swt menunjukan bahwa aku  sudah siap. Bukan hanya aku, aku yakin seluruh Ksatiara sudah siap, sederhananya “Ksatiara  X sudah dapet restu dari Allah swt”. Saat memulai dunia per-RK-an, start question nya adalah  “Apa kamu udah siap? siap untuk dibina, siap untuk dituntut, dan siap mengikuti semua  kemauan dari pilihan kita berada di RK?” kalau jawabannya SIAP, maka tahap selanjutnya  adalah “Bertanggung Jawab”, tanggung jawab atas kata siap tersebut.  

Tulisan ini sebenarnya mencoba untuk me-reminder diriku sendiri yang mungkin  belum lama berada di RK. Mengingatkan aku seberapa besar tanggung jawab yang seharusnya  aku berikan atas pilihan aku berada di RK ini. Tulisan ini bukan menunjukan bahwa aku secara  sempurna bertanggung jawab, bukan menunjukan aku tidak pernah mengeluh, dan bukan  menunjukan aku tidak pernah protes atas apa yang ku temui di RK selama 6 bulan ini.  

Lelah, bosan, merasa dituntut, merasa tidak dimengerti, sibuk dengan aktivitas di luar  RK, atau merasa RK terlalu ideal menjadi batu yang menahan anak-anak RK untuk bisa  bertanggung jawab atas pilihannya di RK. Hingga akhirnya, batu tersebut terlalu besar dan  menghalangi kesadaran bahwa sebenarnya berada di RK ini adalah “pilihan” bukan “paksaan”,  coba ingat apa yang dirasakan saat pertama kali liat pengumuman diterima jadi peserta RK X  mengalahkan banyak pendaftar lainnya, bohong kalau bilang tidak senang dan tidak bangga  terhadap diri sendiri.  

Setelah sadar bahwa berada di RK merupakan sebuah pilihan atas restu mama papa dan  pastinya Allah swt, pertanyaan selanjutnya adalah ”seberapa besar aku sudah mencoba

bertanggung jawab atas pilihan aku berada di RK?” seberapa besar aku sudah bertanggung  jawab dengan komitmen aku di RK? dengan kegiatan-kegiatan di RK? di squad, kabinet dll?” mari aku kamu dan kita refleksikan, jawabannya hanya diri sendiri yang tau! 

Terakhir, pesan untuk aku dan siapapun yang membaca ini: bertanggung jawablah  atas setiap pilihan yang telah kita pilih, saat Allah memudahkan kita mendapatkan pilihan  tersebut, berarti Allah merupakan supporting system pertama atas pilihan itu, dan Allah “tidak  akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaannya sendiri” maka  berusahalah. Jika kamu lelah, berhentilah, tapi kamu harus tau alasan kamu berhenti dan  bagaimana cara kamu untuk memperbaiki serta bangkit kembali. Semangat untuk aku kamu  dan kita dalam menjadi insan yang bertanggung jawab <3


Komentar

  1. AAAA terimakasih kak Rini sudah mereminder kita untuk selalu bertanggung jawab atas segala pilihan kita. Benar banget, mungkin pembinaan ini memang terasa berat, but we don't know in the future maybe it means a lot for us:)

    BalasHapus
  2. Merasa tertampar nih abis baca memoarnya Rini :(
    Semangat bertanggung jawab atas pilihan kita yuk!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ingat Kembali Betapa Akhirnya Kau Melakukan Sesuatu di Luar Batas

First Times