Ingat Kembali Betapa Akhirnya Kau Melakukan Sesuatu di Luar Batas

Memoar Oleh Maureen Wanda Sabrina (Kesejahteraan Sosial 2019)


 

Saat itu, kakak tingkat ku di Kesejahteraan Sosial menanyakan apakah aku mengetahui Rumah Kepemimpinan atau tidak. Tentu, sebagai mahasiswa baru, kata “Rumah Kepemimpinan” menjadi hal asing bagiku. Masih meraba saat itu. Lalu, ternyata dia menjelasakan bahwa Rumah Kepemimpinan adalah sebuah pembinaan di suatu asrama berisikan 30 perempuan yang akan dibina dengan materi islam dan juga kepemimpinan.

Mari flashback sebentar. Setiap anak tidak bisa pernah memilih untuk terlahir dari rahim dan keluarga mana ia ingin dilahirkan. Begitu pula setiap orang tua yang melahirkan anaknya. Mereka tidak pernah bisa memilih melahirkan anak seperti apa. Sama halnya, dengan seorang anak perempuan yang lahir di Depok, 3 Juni 2000 ini, Maureen Wanda Sabrina, namanya. Akrab dipanggil Maureen sebagai nama panggilan sehari-hari. Selama 20 tahun ini aku belajar dan mempercayai bahwa karakter seseorang terbentuk dari bagaimana latar belakang hidupnya, meliputi pola pengasuhan masa kecilnya. Terbentuk di keluarga yang penuh dengan kehangatan akan kasih sayang dan keadaan ekonomi yang tidak-dapat-dikatakan cukup-namun-tidak-juga-kurang, menjadikan aku sebagai anak yang berada di “ketiak” orang tua ku, tanpa pernah benar-benar dapat mengetahui dan memahami keinginan dan kebutuhan diriku sendiri. Karena itu, aku pernah merasa kehilangan diriku sendiri, satu tahun lalu. Namun aku percaya, keputusan untuk menentukan sikap dan pola pikir adalah hal yang masih dapat diubah dari takdir mutlak yang tidak pernah saya sesali keberadaanya ini. Ya, menjadi anak dari mereka adalah takdir yang sangat saya syukuri selamanya. Dengan keadaan keluarga tersebut, menjadi mahasiswa di Universitas Indonesia dengan lingkungan yang sangat positif sekaligus kompetitif adalah salah satu anugerah bagi saya. Bertemu dengan orang-orang yang mempunyai latar belakang dan ketertarikan yang berbeda-beda ini juga menyadarkan saya bahwa dunia sudah bergerak dengan cepat dan tentunya membuka pandangan saya lebih luas tentang manusia dan masyarakat. Diperkuat dengan kehangatan akan kasih sayang dari keluarga, hal ini membentuk diri saya mempunyai kepekaan emosional yang tinggi. Maka, isu sosial menjadi hal yang menarik untuk saya pelajari lebih dalam.

Sebagai manusia yang terus bergerak dinamis, segala mimpi dan cita-cita yang telah didambakan juga tidak menutup kemungkinan untuk mengalami perubahan. Manusia akan terus bergerak. Menemukan titik demi titik. Dan merangkai temuan titik-titik tersebut menjadi satu garis yang akan membawa individu tersebut pada suatu muara. Lalu dari muara tersebut, akan terus mengalir ke muara berikutnya. Begitu seterusnya. Namun, satu hal yang perlu untuk tetap dijaga adalah kekuatan, komitmen dan kemampuan membawa diri untuk menentukan sikap dan menempatkan diri. Karena aku yakin, semua harapan dan cita cita yang telah aku jabarkan di atas tidak akan kokoh ketika pondasi komitmen juga tidak dipupuk dan dilatih terus menerus. 

-----Begitu sekiranya beberapa paragraf yang aku tulis di Motivation Letter Rumah Kepemimpinan----

Berada bisa diantara 30 tiara dan sampai hampir 6 bulan aku di RK bukanlah perjalanan yang mudah. Mari aku ceritakan. Pada awalnya, aku sudah berniat untuk mendaftar Rumah Kepemimpinan dari awal dibuka nya pendaftaran angkatan 10. Aku ikut open house nya. Aku menceritakan bagaimana semangat dan senangnya Maureen bertemu dengan sebuah tempat dan sistem yang ia dambakan dan ia butuhkan. Sekali lagi, ia butuhkan. Seorang maureen yang ingin sekali terpapar kegiatan rohani namun tidak pernah memberanikan mengambil keputusan tersebut dari SMP. Kemudian, aku ceritakan hal itu ke kedua orang tua ku. Mereka pun menyambutnya dengan sangat terbuka dan senang. Pada awalnya mereka agak khawtir karena aku akan berada di asrama jika lolos, tetapi mereka mengizinkan.

Seperti biasanya, maureen selalu dianggap anak kecil di rumahnya sendiri. Selama 21 tahun hidupnya, tidak ada keputusan besar yang dibuat sendiri untuk menentukan pilihan dalam hidupnya. Selama 21 tahun setiap pilihannya selalu dikembalikan dan harus mempertimbangkan pendapat kakak kandung nya. Termasuk pilihan memilih Rumah Kepemimpinan sebagi tempat berkembang nya. Kakaku bilang ke kerdua orang tua ku bahwa ada teman nya di RK yang bercerita bahwa RK memiliki hubungan erat dengan kegiatan politik. Singkat cerita, aku langsung tidak diizinkan saat itu. Apa hal yang aku lakukan? Marah dan nangis. Aku berdebat dengan kakaku tentang tujuan ku ini. Kakaku bilang bahwa jika aku ingin berkembang, aku bisa menggunakan BEM sebagai tempat akselerasiku. Namun, yang tidak kakaku, kedua orang tua ku tahu adalah bahwa aku kehilangan diriku sendiri, bahwa mereka berperan banyak dalam itu, dan kebutuhan ku akan pemenuhan rohaniku. Ya, akhirnya aku tidak mendaftar. Bahkan aku pernah sampai ribut besar dengan ayahku karena RK.

Pun jika kalian bertanya bagaimana akhirnya aku bisa sampai saat ini adalah dengan aku mendaftar PAW secara diam-diam. Pikirku, ini kesempatan terakhir dan mungkin aku butuh untuk nekat sesekali. Aku tahu kebutuhanku sehingga aku yakin nekat ku yang tanpa izin ini akan menghasilkan hal baik pula sejalan dengan niatku yang baik untuk berkembang di Rumah Kepemimpinan. Ya, akhirnya aku hanya mendapatkan izin dari Ibu. Itu saja ibu ikhlas dan tidak ikhlad di awal. Secara diam diam. Tanpa sepengetahuan ayah dan kakaku. But, here I am. 

Maka, aku rasa, Maureen sebagai mahasiswa yang sedang tumbuh menjadi dewasa dan dalam masa pencarian jati diri ini perlu menggunakan semua cara untuk bisa tetap menjaga hal itu. Hal ini dinamakan sistem. Untuk itu, Rumah Kepemimpinan menjadi salah satu cara dan jawaban untuk aku bisa belajar dan membantu aku berkomitmen dengan diri ku sendiri.


Komentar

  1. Maureen, aku baru tahu cerita ini. Terimakasih sudah mau bercerita tentang perjuangan masuk RK dan sudah memperjuangkan RK dengan baik. Masih teringat saat pertama mengenalmu di masa open house dan akhirnya kamu bilang "aku gajadi daftar." But, here you are. Allah tidak pernah salah menempatkan dan mempertemukan orang di waktu yang tepat:) selamat belajar dan bertumbuh

    BalasHapus
  2. Baru tau ternyata strugglenya Maureen daftar RK seperti ini! Welcome to the family ya, Maureen!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

First Times

Tanggung Jawab atas Pilihan Kita