Semua Tepat

Memoar oleh Ida Mahvitasari (Sosiologi 2019)

 “If you really love what you do, you will keep learning, and the more you learn, the more you love what you do” - Iman Usman

Masih teringat dalam ingatan saat seorang Ida Mahvitasari, mahasiswa Sosiologi UI menanyakan kepada temannya di KRL tentang pendaftaran rumah kepemimpinan.

“Nggak daftar deh, Da. Aku merasa belum siap saja kesana apalagi kamu tahu kan anak-anak RK tuh keren banget.” Katanya

Ida pun merasakan hal yang sama. Namun, dia memiliki keinginan kuat untuk menjadi salah satu anggota rumah kepemimpinan. Kesulitan dan adaptasi yang dilakukan olehnya di semester 1 membuatnya ingin segera pulang ke kampung halaman. Segala ketenangan yang ada di rumah membuatnya berpikir untuk tidak lagi memaksa dirinya melakukan banyak hal. Saat itu, ada 2 kesempatan beasiswa yang sangat ingin dia apply, tetapi dia merasa tidak mampu untuk memenuhi berbagai persyaratan. 

Satu buku yang dia baca saat itu berjudul “Time Of Your Life” dari Rando Kim menginspirasinya untuk tetap bisa enjoy terhadap semua hal yang terjadi dalam hidup. Dalam buku itu diibaratkan bahwa terkadang kita perlu menarik tali dalam diri kita untuk bisa melesat lebih jauh. Segala kegagalan, adaptasi, dan kesulitan bagi Ida sebagai perantau di semester satu membuatnya ingin menyerah saat itu juga. Akhirnya, dia memutuskan untuk bicara bersama ibunya bahwa dia akan menjalani masa kuliahnya dengan fokus pada akademik dan organisasi. Dia memutuskan mundur dari 2 kesempatan beasiswa yang sedang terbuka untuknya. 

Ida menyadari setelah 1,5 tahun berikutnya bahwa segala hal terjadi selalu tepat pada waktunya. Hal ini tidak hanya berlaku bagi hal-hal besar dalam hidup, tetapi juga dalam hal kecil seperti pertemuan kita dengan orang, waktu mendapat informasi, dan sebagainya. Satu hari setelah pembicaraan dia dengan ibunya, Ida bertemu dengan seorang ksatria yang menjadi pembicara di kota nya dan Ida menjadi panitianya. Pembicaraan itu mengarah pada rekomendasinya untuk mencoba mendaftar di rumah kepemimpinan. 

“Aku tidak akan memaksa, Da. Tapi disana akan benar-benar worth it meskipun kegiatannya banyak.” Katanya

Semua pencapaian dan value diri yang dimiliki oleh salah satu ksatria itu membuat Ida yakin bahwa RK menjadi tempat yang tepat untuk terus belajar dan bertumbuh.

Saat itu juga Ida sadar bahwa selalu ada waktu yang tepat untuk memutuskan segala sesuatu, selalu ada pembelajaran baru dari setiap pertemuan dengan orang baru. Selepas acara, Ida langsung menyampaikan tentang keputusannya kepada ibunya dan alasan di baliknya. Akhirnya ibunya setuju dan Ida mempersiapkan semua berkas lebih awal sebelum keberangkatannya ke Depok. Setelah sampai Depok, dia hanya perlu menyiapkan transkrip nilai, merevisi motivation letter, dan mendaftar  lebih awal sebelum open house RK. Pertemuannya dengan tiara saat open house RK dan para alumni yang begitu luar biasa membuatnya sangat ingin menjadi bagian dari Rumah Kepemimpinan. Bahkan, saat dia dalam perjalanan dari asrama UI menuju kampus melewati Gedung RK, dia selalu sholawat agar bisa jadi bagian dari rumah itu. 

Takdir membawanya di waktu yang tepat bertemu orang-orang yang tepat pula. Mulai tes SCA yang membuatnya banyak berefleksi tentang value diri, cita-cita, dan kontribusinya selama 2 hari dan proses sebelum wawancara yang membuatnya bertemu Kak Lola yang akhirnya menjadi mentor KIP nya. Itu adalah beasiswa yang benar-benar aku persiapkan dengan matang. Bahkan, saat mulai pembinaan pertama secara online, satu semester pertama Ida sering mengalami kendala sinyal. Masih teringat dengan jelas dia yang selalu pergi naik sepeda ke rumah kosong neneknya agar tersambung ke wifi tetangga habis shubuh untuk ikut TTA, hadir di rumah kosong itu setiap pukul 20.00-22.00 WIB dengan segala keadaan entah itu hujan deras atau panas. Justru proses itu yang membuat perjalanannya semakin berharga. 

Jadi bagian dari rumah kepemimpinan, maka dia sudah siap dengan segala konsekuensinya saat jadwal padat merayap, menjadi menteri agama tiara di kabinet pertama, dan bangun lebih pagi untuk segala agenda RK.  Segala kejenuhan itu mungkin ada, bukan karena agendanya tetapi karena orang-orang di dalamnya yang terkadang bikin kesal karena tidak menjalankan semua kesepakatan sesuai rencana. Namun, justru dari sana Ida belajar untuk menerima segala kelebihan dan kekurangan. Bahwa kita tidak mampun membuat ekspektasi terlalu besar, apalagi itu terkait manusia. Ida berusaha juga menerima kekurangan dirinya saat harus kalah dalam berbagai hal, telat dalam beberapa agenda, dan sebagainya. Dia harus menerima saat ksatiara tidak menjalankan amanahnya dengan baik, tidak mengerjakan tugas tepat waktu, dan lain-lain. Namun, satu hal yang dia terus syukuri sampai hari ini, meskipun belum pernah bertemu tatap muka, tetapi hati seakan tertaut karena-Nya. Bahwa kita hanya manusia, tak ap ajika tidak sempurna. 

Hampir 13 bulan dalam langit asrama online bersama, Ida banyak mendengar cerita bahagia dan duka. Tentang berita pencapaian yang luar biasa, perkembangan diri yang terus diupayakan, kabar duka karena pandemi yang masih menyerang, derita dan kekesalan ksatiara karena begitu banyak agenda. Ya, pasti terlintas untuk melepas kesempatan ini untuk mengundurkan diri dari RK. Ada begitu banyak cerita yang aku dengan tentang itu, tetapi pertemanan ini sudah terjalin begitu luar biasa. Pasti banyak yang tidak mudah untuk belajar dan bertumbuh bersama lewat platform online hampir setiap harinya. Namun, aku percaya jika Tuhan masih mengizinkan aku terus belajar di ruang ini bersama ksatiara mendengar segala suka dan tangis teman-teman, maka memang ini yang sudah digariskan. Aku yakin bahwa semua akan terus terjadi tepat pada waktunya, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. 





Komentar

  1. Wah.. The struggle is real ya, Da.. Dan Ida bisa jadi sekeren ini sekarang!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ingat Kembali Betapa Akhirnya Kau Melakukan Sesuatu di Luar Batas

First Times

Tanggung Jawab atas Pilihan Kita