Nyalakan Semesta Bersama Pemuda Indonesia
"Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Berikan aku 10 pemuda, niscaya akan aku goncangkan dunia.” - Ir Soekarno
Pernyataan dari Bung Karno tersebut sangat mencerminkan bahwa peran pemuda sangat penting dalam menciptakan perubahan. Pemuda adalah aset terbesar bangsa untuk bisa menyalakan kebaikan di semesta. Dalam sesi milad Rumah Kepemimpinan dengan tema “Indonesia: Mari Pulih Bersama”, Bapak Ary Ginanjar (Founder ESQ Leadership Center dan direktur PT Arga Bangun Bangsa) menyatakan bahwa seorang pemuda harus meningkatkan kapasitas dirinya dengan 5A (Agility), yaitu mental agility, change agility, people agility, learning agility, dan result agility. Pembicara kedua, yaitu Najwa Shihab (alumni FH UI, jurnalis Mata Najwa, dan pendiri Narasi TV), menjelaskan tentang “Menjadi Pemuda yang Cerdas, Berintegritas, dan Berani Ambil Peran.”. Menurut beliau, pemuda pasca kemerdekaan akan lebih sulit perjuangannya, bukan hanya karena mereka harus melawan bangsa sendiri, tetapi juga melawan diri sendiri dari kemalasan, ketidakberdayaan, dan lain-lain. Namun, di tengah pandemi ini justru yang bergerak terdepan menciptakan inovasi juga anak muda. Jadi, negeri ini adalah negerinya anak muda. Pembicara ketiga adalah Bapak Sandiaga Uno (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia). Beliau menjelaskan bahwa di tengah pandemi COVID-19 selalu ada harapan untuk bertumbuh. Jadi, kita harus terus optimis dan menyebarkan semangat positif. Hal ini dilanjutkan oleh Bapak Ridwan Kamil (Gubernur Jawa Barat) yang mengutip sebuah quotes untuk pemuda.
“Jadilah generasi yang bawa solusi, tidak hanya bermodal jempol saja. Jadilah generasi pemenang, bukan jadi generasi pecundang. Jadilah generasi yang jika dipuji tidak akan terbang, jika dihina tidak tumbang. Jadilah generasi yang bermanfaat, bukan jadi generasi yang jadi beban masyarakat.” - Ridwan Kamil
Penyadaran betapa berpengaruhnya pemuda juga didukung dengan sesi Beda Buku yang disampaikan oleh seorang Tiara 10, Dian Insan (Ilmu Perpustakaan 2019), dalam sesi bedah buku berjudul Self Driving oleh Rhenald Khasali. Manusia memiliki mandat dari Tuhan dalam kehidupannya yang bagaikan kendaraan yang harus dikendarai dengan baik. Lalu, bagaimana ciri-ciri dan cara menjadi good driver? Dian merangkum buku yang dibedahnya dan menyampaikan bahwa self discipline, sikap berani mengambil resiko, hidup dengan sederhana, kemampuan berpikir secara kritis dan kreatif, growth mindset, dan peran sebagai role model adalah kunci.
Begitupun dengan Achmad Zulfikar, Ksatria 10, dalam sesi bedah bukunya yang berjudul “Leader Eat Last” oleh Simon Sinek. Ia menyampaikan bahwa pemimpin yang baik adalah dia yang bisa membawa timnya belajar dan bertumbuh bersama, memberikan rasa aman dan nyaman bagi semua anggotanya, dan memanusiakan manusia. Pemimpin juga perlu punya empati tinggi dengan memberi kepercayaan pada tim, pertemanan dan keterbukaan, apresiatif dan reachable oleh semua timnya. Materi ini sangatlah cocok untuk awardee Rumah Kepemimpinan yang bersiao untuk menjadi pemimpin masa depan.
Perwujudan pemuda yang dapat menggoncangkan dunia sudah mulai terinternalisasi dalam diri ksatria dan tiara melalui kontribusinya untuk semesta. Dalam sesi BTS kedua, Anisah (Ilmu Ekonomi Islam 2019) berbagi tentang kontribusinya melalui hafalan Al Qur’an dengan tema “Go To Mutqin.”. Menurut Anisah, cara memulai perjalanan untuk mutqin adalah dengan yakin saja dulu, jadikan membaca Al Qur’an itu sebagai hobi, perbaiki bacaan, dan membaca surah pilihan. Mutqin juga akan terwujud dengan rajin murajaah, ikut musabaqah, dan mengajarkan Al Qur’an kepada orang lain.
Nur Indah Iriana (Kesehatan Lingkungan 2019) berkontribusi melalui tulisan ilmiahnya dalam kompetisi Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM). Indah menjelaskan alasan penting mengikuti PKM adalah untuk melatih kepekaan terhadap isu-isu yang ada di dunia ini, melatih soft skill kerjasama dan penyelesaian masalah, mendapat apresiasi yang menjanjikan, dan melatih berpikir kreatif.
Annisa Clarasinta (Kesehatan Masyarakat 2019) berkontribusi dalam skillnya mengimplementasikan metode konmari dari Marie Kondo dalam merapikan ruangannya. Annisa mulai melakukan metode ini karena keresahannya akibat banyaknya cucian baju yang menumpuk, sulit mencari barang yang spesifik, dan merasa tidak punya apa-apa. Metode konmari adalah metode merapikan barang berdasarkan kategorinya. Ada beberapa langkah dalam melakukan metode ini, yaitu dengan greeting, get everything out, start selecting. Annisa menutup sharingnya dengan kata-kata dari Marie Kondo, “Letting go is even important thing than adding.”
Ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh pemuda Indonesia untuk bisa menggoncangkan dunia. Namun yang perlu diingat adalah persiapan perlu dilakukan, usaha keras harus dikerahkan, dan akan lebih bermakna jika dilakukan bersama-sama.
masyaAllah kereeen!!!!
BalasHapus