Rabu Bersama Bapak: Menjaga Waktu yang Berkualitas
Rabu Bersama Bapak
Menjaga Waktu yang Berkualitas
Rabu, 3 Februari 2021
Bersama Abi Hamid A. Chalid
Ditulis oleh Izzatul Fitriyah
Hidup ini merupakan ladang perjuangan; kita semua memiliki hal yang diperjuangkan dan berbeda satu sama lain. Dalam mencapainya, hal yang bisa kita lakukan adalah berusaha semaksimal mungkin sembari menyerahkan hasilnya kepada Allah SWT.. Upaya ini ditekankan dalam Rumah Kepemimpinan, dimana program pembinaan yang ada ditata sedemikian rupa untuk membentuk anggota-anggotanya menjadi manusia yang lebih baik dalam aspek duniawiyah dan akhirat.
Upaya dalam hidup kita untuk menjadi muslim yang sebaik-baiknya juga ditentukan dari bagaimana kita menghabiskan waktu kita. Dalam 24 jam sehari, kita harus bisa memaksimalkan waktu tersebut untuk melakukan kebaikan dan kebermanfaatan. Apabila kita tidak bisa memanfaatkan waktu secara bermanfaat, maka ada hal yang salah pada kita.
Kita sebagai manusia hanya bisa bersaksi atas hal yang kasat mata; hal yang bisa kita lihat atau rasakan dengan indra kita. Kita menilai seseorang sebagai ahli ibadah karena kita bisa melihatnya beribadah. Meskipun demikian, setiap orang memiliki sisi di dalam dirinya yang hanya bisa dilihat oleh Allah SWT.
Oleh karena itu, sebagai hamba Allah SWT. yang memahami bahwa setiap gerak-geriknya diabadikan oleh kedua malaikat, kita harus bisa memahami cara untuk memuaskan Allah SWT.. Pencarian atas ridho Allah SWT. adalah tujuan utama kita sebagai seorang manusia, dan dari kegiatan inilah kita bisa memastikan bahwa waktu yang kita gunakan merupakan waktu yang bermanfaat.
Jika kita membayangkan secara kompleks bahwa kita harus mencari ridho Allah hingga selama-lamanya, hal tersebut dapat memberatkan kita. Secara sederhana, kita harus sadar bahwa hidup ini sangatlah singkat dan tidak ada yang tahu kapan berakhirnya umur kita. Melalui pola berpikir seperti ini, kita akan lebih mudah dalam mencari ridho Allah karena ada kesadaran bahwa tidak ada yang bisa menjamin satu menit ke depan kita masih bisa menghirup nafas kehidupan. Dengan demikian, setiap langkah yang kita lakukan akan bergerak atas tujuan untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.
Terdapat sebuah ungkapan bahwa kita harus bersabar seperti para ulul azmi dalam menjalani cobaan. Ulul azmi yang terdiri dari Nabi Nuh as., Nabi Isa as., Nabi Musa as., Nabi Ibrahim as., dan Nabi Muhammad saw. memiliki tingkatan cobaan dan kesabaran yang sangat tinggi. Mungkin kita merasa bahwa kesabaran yang dicontohkan oleh para nabi ulul azmi adalah hal yang tidak mungkin; mustahil bagi manusia biasa untuk bisa bertingkah laku semulia para ulul azmi. Namun yang harus kita sadari, justru kisah-kisah hikmah dari ulul azmi perlu untuk kita contoh, karena itulah kelima nabi ulul azmi diabadikan sebagai panutan seluruh umat manusia.
Tidak ada waktu yang lebih baik dari hidup kita dibandingkan dari waktu kita yang diridhoi Allah. Namun, sebelum kita meminta Allah SWT. untuk ridho kepada perbuatan kita, maka kita harus ridho terlebih dahulu kepada Allah SWT.. Ridho kepada Allah SWT. hadir ketika kita bisa mengaplikasikan 3 hal, yaitu:
-Ridho/sabar atas cobaan yang diberikan Allah SWT.
-Bersyukur atas nikmat yang diberikan
-Ridho dengan ketentuan-Nya
Jika kita bisa mengaplikasikan ketiga poin di atas, maka ridho Allah akan sampai kepada kita. Meraih ridho Allah melalui ketiganya turut berarti bahwa kita sedang menjaga kualitas hati kita.
Mencari ridho Allah bukan berarti kita menjaga diri dari dosa dengan bersifat pasif dan tidak melakukan apapun. Hal ini merupakan jebatan setan yang menyesatkan. Ridho Allah tidak akan turun apabila kita tidak melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi agama. Jebakan lain yang juga menyesatkan adalah ketika kita memandang orang lain yang terlihat pasif sebagai orang yang menyia-nyiakan waktunya. Padahal, kita tidak pernah tahu apa saja kebaikan-kebaikan tidak kasat mata yang dilakukan orang lain.
Terdapat sebuah cerita tentang seorang wali yang mati dalam keadaan terpuruk. Orang lain tidak berani untuk mendekat atau membantunya karena dia dianggap sebagai orang yang hina. Selama hidupnya, ia keluar-masuk lokasi yang menjual minuman keras. Orang lain menganggapnya suka mabuk-mabukan, padahal ia membeli minuman keras sebanyak yang ia mampu dan membuangnya dengan tujuan mengurangi dosa manusia lain dari meminum minuman tersebut. Kisah ini mengajari kita bahwa kita tidak perlu fokus pada apa yang orang lain lakukan, tapi fokuslah pada apa yang kita lakukan. Jangan sampai kita memandang orang lain lebih rendah daripada kita; bisa jadi mereka adalah orang-orang yang lebih mulia dan kekasih Allah SWT..
Dalam menjaga waktu yang berkualitas, kita harus mengawalinya dengan:
-Menjaga waktu agar ridho Allah tercurah
-Mempertahankan sikap batin yang membuktikan bahwa kita ridho terhadap keputusan Allah SWT.
-Prasangka yang baik pada seluruh makhluk hidup ciptaan Allah SWT.
Jika kita menjaga semuanya, maka insyaAllah kita tidak akan punya waktu yang tersia-siakan. Di era sekarang, godaan dalam menjaga waktu kita untuk tetap bermanfaat semakin tinggi. Meskipun demikian, kemajuan teknologi juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber pahala kita. Keberadaan internet bisa kita manfaatkan untuk mencari informasi-informasi yang baik, namun bisa juga digunakan untuk melakukan hal-hal maksiat. Jika kita hanya berfokus untuk melakukan hal-hal baik yang diridhoi oleh Allah SWT., maka tidak akan ada waktu yang tersisa untuk melakukan atau sekedar berpikir tentang perbuatan maksiat.
Oleh karena itu, poin-poin yang ada di atas perlu untuk dipraktikkan, terlebih bagi seorang pemimpin. Seorang pemimpin hendaknya sadar akan hal ini, sebab seorang pemimpin dituntut untuk tetap "waspada" bagi dirinya sendiri dan anggota-anggotanya.
SESI TANYA JAWAB
1) Sebelum mencari ridho Allah SWT., kita juga harus ridho kepada Allah melalui kualitas hati yang terjaga. Apakah ada tips dari Abi untuk menjaga kualitas hati kita?
Perlu ada keyakinan bahwa apapun yang terjadi di dunia ini--baik yang buruk maupun yang baik--adalah hal yang sudah dikehendaki oleh Allah SWT.. Jika kita sudah memahami poin ini, maka akan tercipta sebuah pemahaman bahwa ketetapan yang terjadi pada kita adalah mutlak dari Allah SWT.. Tidak ada hak dan kekuatan bagi kita untuk menolak terjadinya hal tersebut, maka apa lagi alasan kita untuk mengatakan bahwa ketetapan Allah SWT. itu tidak pantas bagi kita? Karena sejatinya, menjaga kualitas hati muncul dari kesadaran yang terjaga.
2) Terkadang ada waktu di mana kita berada dalam keadaan baik, lalu lalai dan terjerumus melakukan dosa. Cara untuk semaksimal mungkin konsisten dalam keadaan yang baik?
Kita sebagai manusia yang lemah memang tidak bisa untuk terus menerus dalam keadaan yang baik. Oleh karena itu, Allah SWT. menciptakan mekanisme memohon ampunan. Allah SWT. sendiri lebih menghargai permohonan ampun seorang pendosa dibandingkan dengan ahli ibadah yang sangat membanggakan ibadahnya. Lakukan kebermanfaatan dengan sebaik-baiknya, hindari perasaan berbangga hati atas ibadah kita, lalu mohonlah ampunan atas dosa-dosa kita.
3) Bagaimana kita bisa mengukur bahwa kegiatan kita sudah diridhoi Allah SWT.?
Pada dasarnya kita memang tidak bisa mengetahui semua hal yang diridhoi Allah SWT. karena keterbatasan kita sebagai manusia. Namun, secara umum kita bisa menanyakan hal-hal ini sebelum melakukan sesuatu:
-Apakah kita malu melakukan hal tersebut jika diketahui orang lain?
-Tanya pada diri sendiri, apakah hal tersebut sebenarnya bersifat sia-sia?
-Apakah kamu ragu-ragu dalam menentukan kebermanfaatan dari kegiatan tersebut? Jika iya, lakukan istigfar sebanyak-banyaknya.
4) Saya pernah mendengar statement bahwa ketika kita sudah memiliki keyakinan untuk mengambil sebuah jalan/keputusan, kita bisa melewati tahapan sholat istikharah dan langsung melakukan sholat hajat. Apakah jika langsung melakukan sholat hajat, itu artinya kita tidak melibatkan Allah SWT. dalam mengambil keputusan?
Tidak pada semua peristiwa kita bisa melakukan sholat istikharah. Ada masa ketika istikharah tidak memungkinkan untuk dilakukan, misal saat sedang di perjalanan atau keadaan harus memutuskan sesuatu secara cepat. Ketika kita sudah menemukan keyakinan yang kita rasa baik tanpa melakukan sholat istikharah, pasang doa yang pada intinya mengharapkan perlindungan serta ridho dari Allah SWT. untuk melaksanakan keyakinan tersebut. Istikharah merupakan puncak dari permohonan kita kepada Allah untuk menentukan arah, namun ada jalan lain juga selain melakukan istikharah.
Komentar
Posting Komentar